Kabarmedik.com – Kutu merupakan serangga parasit tidak bersayap yang mengisap darah binatang atau manusia. Kutu biasanya membawa organisme mikroskopis yang disebut Babesia dan melalui gigitan kutu parasit tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Gigitan kutu yang membawa parasit Babesia akan menimbulkan penyakit yang disebut babesiosis. Babesiosis merupakan penyakit langka yang terjadi ketika parasit Babesia menginfeksi dan menghancurkan sel darah merah.
Bagaimana Gejalanya?
Merangkum Family Doctor dan WebMD, gejala babesiosis biasanya muncul pada satu hingga delapan minggu setelah terinfeksi parasit Babesia. Terkadang penyakit ini tidak memunculkan gejala yang cukup terlihat, penderita mungkin merasa seperti flu.
- Berikut beberapa gejala dari babesiosis, yaitu:
- Demam
- Rasa tidak enak badan atau malaise
- Panas dingin atau meriang
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Tidak nafsu makan
- Menjadi lebih berkeringat Nyeri sendi dan otot.
Tidak hanya menginfeksi dan menghancurkan sel darah merah, parasit Babesia juga dapat menyebabkan anemia hemolitik, yang ditandai dengan gejala: Kebingungan atau linglung Urine berwarna gelap Irama jantung yang tidak normal Pembengkakan pada organ limpa dan hati Kulit tampak pucat Kulit, bagian putih mata, dan mulut tampak menguning (jaundice).
Usai Diperiksa KPK, Kadis Perhub Aceh: Kami Tak Boleh Sampaikan Apa-Apa
Apa Penyebabnya?
Dikutip dari Osmosis, babesiosis disebabkan oleh parasit Babesia yang biasanya disebarkan melalui gigitan kutu Ixodes scapularis yang terinfeksi. Kutu Ixodes scapularis, disebut juga kutu rusa, merupakan vektor primer, yaitu penyebab utama terjadinya penularan penyakit, baik pada orang maupun hewan. Kutu Ixodes scapularis juga merupakan kutu yang menyebarkan bakteri Borrelia burgdorferi, yaitu bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme. Babesia microti dan Babesia divergens menjadi tipe parasit Babesia yang paling sering menyerang manusia.
Ketika kutu yang terinfeksi menggigit manusia, parasit di dalam perut kutu secara bertahap berpindah ke kulit manusia yang kemudian menuju pembuluh darah. Pada sebagian besar kasus, kutu yang terinfeksi harus menempel pada tubuh manusia selama 24 hingga 36 jam atau lebih, sebelum menularkan parasit.
Pada sebagian besar kasus, kutu yang terinfeksi harus menempel pada tubuh manusia selama 24 hingga 36 jam atau lebih, sebelum menularkan parasit. Semakin lama kutu menempel atau menggigit maka semakin besar kemungkinan penularan parasit. Setelah berada di dalam darah, parasit Babesia akan berkembang biak, menginfeksi, dan menghancurkan sel darah merah. Selain melalui gigitan kutu, penyakit ini juga dapat menular melalui dua cara berikut:
- Mendapat transfusi dari donor darah yang terinfeksi Babesia, tetapi tidak merasakan gejala.
- Meski jarang terjadi, babesiosis juga dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan atau proses persalinan.
Faktor risiko
Merangkum Family Doctor dan Osmosis, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terkena babesiosis, seperti:
- Berusia lanjut
- Memiliki riwayat melakukan splenektomi, yaitu operasi pengangkatan limpa
- Memiliki sistem imun yang lemah atau menderita penyakit autoimun, seperti HIV atau AIDS
- Memiliki penyakit kronis yang memengaruhi sistem imun tubuh
- Mengonsumsi obat imunosupresan
- Tinggal di daerah endemik babesiosis atau mengunjungi tempat tersebut pada musim kutu aktif, yaitu pada bulan Mei sampai September di Amerika Serikat.
Diagnosis
Melansir Healthline, pada tahap awal, dokter akan melakukan tes apusan darah dengan memeriksa sampel darah menggunakan mikroskop. Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes antibodi pada sampel darah. Kedua tes ini bertujuan untuk memastikan keberadaan parasit Babesia pada darah penderita.
Perawatan
Pada kasus dengan gejala ringan, dokter akan meresepkan kombinasi antibiotik dan antiparasit, seperti clindamycin dan kina. Jika kedua obat tersebut kurang efektif dalam menyembuhkan babesiotis maka dokter akan meresepkan kombinasi atovaquone dan azithromycin. Kedua kombinasi obat ini biasanya dikonsumsi selama 7 hingga 10 hari.
Pada kasus yang parah, dokter mungkin akan memberikan azithromycin yang diberikan secara intravena, yaitu melalui infus atau suntikan dan dikombinasikan dengan atovaquone oral. Kombinasi clindamycin yang diberikan secara intravena dengan kina oral juga dapat menangani babesiotis dengan gejala yang parah. Selain itu, penderita babesiotis dengan gejala yang parah mungkin juga memerlukan transfusi darah.
Baca Juga : Jadi Duta Vaksin, Kakek Di Aceh Barat Dapat Sepeda dari Kapolda
Komplikasi
Babesiosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:
- Tekanan darah yang sangat rendah (hipotensi) dan tidak stabil
- Anemia hemolitik
- Hemolisis, yaitu kerusakan membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin dan komponen lain ke dalam cairan di sekitarnya
- Trombositopenia, yaitu jumlah trombosit yang rendah
- Koagulasi intravaskular diseminata, dapat menyebabkan pengentalan darah yang berlebihan dan perdarahan pada organ di dalam tubuh
- Kegagalan fungsi organ vital, seperti ginjal, paru-paru, dan hati, yang dapat berkembang menjadi syok, bahkan henti jantung atau cardiac arrest
- Kematian.
Bagaimana Mencegahnya?
- Hindari area berhutan, semak belukar, atau rerumputan tinggi
- Gunakan obat nyamuk atau antiserangga yang mengandung DEET saat bepergian atau keluar rumah
- Gunakan pakaian berwarna terang agar lebih mudah melihat dan menghilangkan kutu yang menempel di pakaian
- Gunakan pakaian berlengan panjang dan celana panjang saat bepergian atau keluar rumah
- Memeriksa seluruh tubuh setelah bepergian untuk memastikan tidak ada kutu yang menempel
- Periksa tubuh hewan peliharaan sebelum dibiarkan masuk ke dalam rumah.
Sumber : kompas.com